JUAL BELI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“KAJIAN HADIS DAN AYAT EKONOMI”
Dosen Pengampu
Suminto, M.Pd.I
Disusun oleh
Kelompok 8 ES 2-G:
1.
Isvina Nur Aini NIM
17402163284
2.
Falin Novitasari NIM
17402163298
3.
Muhammad Fahmi K NIM
17402163306
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
MEI 2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
bagi semua penciptan-Nya. Shalawat serta salam semoga tetap di limpahkan kepada
nabi besar kita Rasulullah Muhammad shalallahu’alaihi wa sallam beserta
keluarga, para sahabat,dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Atas
rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Jual
Beli, yang bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Hadis dan Ayat
Ekonomi. Penulisan ini mengangkat judul tentang “ Jual Beli” . Pemilihan
judul tersebut selain untuk memenuhi kriteria pembuatan makalah sebagai tugas
mata kuliah Kajian Hadis dan Ayat Ekonomi
juga dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman penulis terhadap teori
yang disesuaikan dengan materi tersebut.Ucapan terima kasih juga ditunjukan
kepada:
1. Dr.
Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung.
2. Bapak
Suminto, M.Pd.I selaku dosen mata kuliah Kajian Hadis dan Ayat Ekonomi.
3. Kedua orang
tua penulis yang telah memberikan dorongan moral maupun spiritual.
4.
Semua teman yang telah membantu kami.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
dalam penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah penulis harapkan supaya
dapat menyusun tugas kedepannya dengan lebih baik. Penulis mengucapkan banyak
terimakasih atas perhatiannya dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita
semua.
Tulungagung, 0l Mei2017
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
B.
Rumusan masalah
C.
Tujuan Pembahasan
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Jual Beli
B. Rukun dan Syarat Jual Beli
C. Macam-macam
Jual Beli
D. Etika
Jual Beli
E. Larangan
Jual Beli dalam Islam
F.
Ayat Perniagaan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk memenuhi kebutuhan
hidup setiap hari, setiap muslim pasti melaksanakan suatu transaksi yang biasa
disebut dengan jual beli. Si penjual menjual barangnya, dan si pembeli
membelinya dengan menukarkan barang itu dengan sejumlah uang yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak.Jika zaman dahulu transaksi ini dilakukan
secara langsung dengan bertemunya kedua belah pihak, maka pada zaman sekarang
jual beli sudah tidak terbatas pada satu ruang saja.Dengan kemajuan teknologi,
dan maraknya penggunaan internet, kedua belah pihak dapat bertransaksi dengan
lancar. Untuk lebih jelasnya, dalam makalah ini kami akan membahas mengenai
konsep jual beli dalam Islam.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana penjelasan
tentang pengertian Jual Beli?
2.
Bagaimana rukun dan syarat
Jual Beli?
3.
Bagaimana pembagian macam-macam
Jual Beli?
4.
Bagaimana etika Jual Beli?
5.
Bagaimana larangan Jual
Beli dalam Islam?
6.
Bagaimana tafsir ayat dalam
Jual Beli?
C. Tujuan Pembahasan
1.
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadis
dan Ayat Ekonomi.
2.
Mengetahui penjelasan
tentang pengertian Jual Beli.
3.
Mengetahui rukun dan syarat
Jual Beli.
4.
Mengetahui pembagian macam-macam
Jual Beli.
5.
Mengetahui etika Jual Beli.
6.
Mengetahui larangan Jual
Beli dalam Islam.
7.
Mengetahui tafsir ayat
dalam Jual Beli.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jual Beli
Jual beli atau
perdagangan menurut bahasa berarti al-bai’, at-tijarah dan al-mubadalah.
Inti jual beli secara istilah ialah perjanjian antardua pihak atau lebih dalam
transaksi pemindahan kepemilikan atas suatu barang yang mempunyai nilai. Ukuran
nilai tersebut menjadi dasar atas penentuan harga barang dan kebijakan
pengambilan keuntungan. Karenanya perlu tawar menawar sebagai bentuk pemenuhan
hak pilih saat transaksi. [1]
Secara
terminologi, terdapat beberapa definisi dari jual beli. Sebagian ulama lain
mengemukakan definisi sebagai berikut.
a.
Ulama Sayyid Sabiq
Menurut Sayyid Sabiq jual beli ialah pertukaran harta dengan harta
atas dasar saling merelakan atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat
dibenarkan. [2]
b.
Ulama Hanafiyah
Menurut Ulama
Hanafiyah, definisi dari jual beli adalah saling tukar harta dengan harta lain
melalui cara yang khusus. Maksud cara yang khusus disini adalah dengan ijab
qabul, atau juga boleh dengan saling memberikan barang dan harga dari penjual
dan pembeli.
c.
Ulama Ibn Qudamah
Menurutnya jual
beli ialah saling menukarkan harta dengan harta dalam bentuk pemindahan milik
dan pemilikan. Dalam definisi ini dijelaskan karena dalam suatu transaksi dalam
Islam juga ada istilah sewa menyewa (ijarah) yang nantinya barang yang
dijadikan objek tidak harus dimiliki.
Dari beberapa
definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa jual beli adalah suatu
perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara ridha
diantara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain
menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan dalam
syara’ dan disepakati kedua belah pihak.
B. Rukun dan Syarat Jual Beli
Rukun jual beli menurut jumhur ulama fikih sebagai berikut.[3]
1. Bai’ (penjual) dan Musytari’ (pembeli).
Persyaratan yang harus dipenuhi
penjual sama dengan persyaratan yang harus dipenuhi pembeli. Syarat-syarat
tersebut diantaranya sebagai berikut.
a. Keduanya telah cukup melakukan perbuatan hukum yaitu baligh dan
berakal sehat, maka jual beli anak dibawah umur dan orang gila dianggap tidak
sah.
b. Keduanya melakukan akad atas kehendak sendiri. Oleh karena itu,
apabila akad jual beli dilakukan karena terpaksa, baik secara fisik maupun
mental, maka menurut jumhur ulama jual beli itu tidak sah.
Hal ini didasarkan pada firman Allah
SWT , QS An-Nisa’ ayat 29.
“. . . kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku atas dasar suka sama suka . . . ” (Q.S An-Nisa’
4: 29)
.
2. Sighat ( ijab qabul)
Menurut ,mazhab Syafi’i, kerelaan
kedua belah pihak harus dilaksanakan dalam ija dan qabul yang berupa ucapan
tertentu atau cara lain yang menggantikan ucapan, seperti jual beli dengan
tulisan, utusan orang, atau isyarat tunawicara yang sungguh sudah dimengerti.
3. Ma’qud ‘alaih (
benda atau barang yang diperjualbelikan)
Wahbah az-Zuhaili menyebutkan empat
syarat, yaitu sebagai berikut :
a. Barang yang dijual ada dan dapat diketahui ketika akad
berlangsung. Apabila baang tersbut tidak diketahui, jual beli tersebut tidak
sah, kecuali pada jual beli salam. Karena jual beli salam sekalipun tidak
diketahui barangnya, tetapi sifatnya diketahui sehingga pembeli mebeli yakin,
hal ini sama halnya dengan jual beli online yang telah disebutkan spesifikasi
barangnya.
b. Benda yang diperjualbelikan itu arus barang yang suci dan halal,
ditinjau dari aturan agama Islam mempunyai manfaat bagi manusia.
c. Benda yang diperjual belikan itu merupakan milik penjual.
Dianggap sebagai pemilik benda apabila penjualan benda tersebut telah diizinkan
oleh pemiliknya.
C. Macam-macam Jual Beli
1.
Jual-beli berdasarkan
pertukarannya secara umum dibagi empat macam yaitu sebagai berikut
a. Jual-beli salam (pesanan)
Jual-beli salam
adalah jual-beli melalui pesanan, yakni jualbeli dengan cara menyerahkan
terlebih dahulu uang muka kemudian barangnya diantar belakangan.
b. Jual-beli muqayadhah (barter)
Jual-beli
muqayadhah adalah jual-beli dengan cara menukar barang dengan barang, seperti
menukar baju dengan sepatu.
c. Jual-beli muthlaq
Jual-beli muthlaq
adalah jual-beli barang dengan sesuatu yang telah disepakati sebagai alat
pertukaran, seperti uang.
d. Jual-beli alat penukar dengan alat penukar
Jual-beli alat
penukar dengan alat penukar adalah jual-beli barang yang biasa dipakai sebagai
alat penukar lainnya, seperti uang perak dengan uang emas.
2. Berdasarkan segi harga jual-beli dibagi pula menjadi empat
bagian.
a. Jual beli yang menguntungkan (al-murabbahah).
b. Jual-beli yang tidak mengutungkan, yaitu menjual dengan harga
aslinya (at-tauliyah).
c. Jual-beli rugi (al-khasarah).
d. Jual-beli al-musawah, yaitu penjual menyembunyikan harga
aslinya, tetapi kedua orang yang akad saling meridai, jual-beli seperti inilah
yang berkembang sekarang. [4]
D. Etika Jual Beli
Jual-beli
merupakan sarana untuk memilki sesuatu dan tentu dalam operasionalnya terdapat
adab-adab yang wajib untuk diperhatikan, antara lain:
1.
Tidak Menjual Sesuatu yang Haram
Tidak boleh
menjual sesuatu yang haram seperti khamar, majalah porno, nomor
undian dll. Hasil penjualan barang-barang ini hukumnya haram dan kotor.
2.
Tidak Melakukan Sistem Perdagangan Terlarang.
Misalnya menjual sesuatu yang tidak ia
miliki, berdasarkan sabda Rasulullah saw
لاَ
تَبِعْ مَا لَيْسَ عِنْدَكَ
”Jangan engkau menjual sesuatu yang tidak
engkau miliki” . Seperti seseorang ang menjual
buah-buahan yang belum jelas hasilnya (sistem tebasan-bhs. Jawa).
3.
Tidak Terlalu Banyak Mengambil Untung
Hendaklah
mengambil untung secara wajar-wajar saja, kasihanilah orang lain dan jangan
hanya berambisi mengumpulkan harta saja, orang yang tidak mengasihani orang
lain tidak berhak untuk dikasihani.
4.
Tidak Membiasakan Bersumpah ketika Menjual
Dagangan.
Janganlah bersumpah untuk sekedar melariskan dagangan atau
menutupi kekurangan/cacat dari barang dagangannya tersebut.Rasulullah saw.
Bersbda:
“Janganlah
kalian banyak bersumpah ketika berdagang sebab cara seperti itu melariskan
dagangan lalu menghilangkan keberkahannya.”.
Juga termasuk
di dalamnya adalah sumpah palsu; seperti ucapan: “Demi Allah, aku membelinya dengan
harga sekian.” Atau “Demi Allah aku Cuma mengambil untung sekian.”. Dalam
sebuah hadists Rasulullah saw. Bersabda:
“tidak akan
dilihaat oleh Allah, tidak akan dibersihkan Allah dan untuk mereka siksa yang
sangat pedih: Seorang yang menjulurkan pakaian hingga
melewati mata kaki, orang yang suka mengungkit-ungkit kebaikan yang telah ia
lakukan, dan orang yang menjual barang dagangannya disertai dengan sumpah palsu.”
5.
Tidak Berbohong Ketika Berdagang
Misalnya
menjual barang yang ada cacatnya dan hal itu tidak diberitahukan kepada si
pembeli.
Nabi saw.
Pernah bersabda kepada pedagang yang menyembuyikan makanan yang basah, beliau
berkata:”Mengapa engkau tidak meletakkannya di bagian atas agar orang-orang
dapat melihatnya. Barangsiapa yang melakukan penipuan, maka ia tidak termasuk
golongannku.”
6.
Penjual tidak boleh timbangan
Pedagang harus
jujur dalam menimbang dan tidak boleh mengurangi timbangan tersebut,
sebagaimana ia suka jika barang yang ia beli diberikan dengan sempurna, maka ia
pun wajib memberikan/memenuhi hak-hak orang lain. Allah Ta'ala berfirman:
“ Kecelakaan besarlah bagi
orang-orang yang curang , (1) [yaitu] orang-orang yang apabila menerima takaran
dari orang lain mereka minta dipenuhi, (2) dan apabila mereka menakar atau
menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. (3)” (Q.S. Al-Muthaffifiin: 1-3).
Rasulullah saw. Bersabda: “Timbanglah dan
lebihkan.” [5].
7.
Pemaaf, Mempermudah, dan Lemah Lembut dalam
Berjual Beli
Rasulullah saw.bersabda:
اَدْخَلَ
اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ رَجُلاً كَانَ سَهْلاً مُشْتَرِيًا وَ بَائِعًا وَ قَاضِيًا
وَ مُقْتَضِيًا اْلجَنَّةَ
“Allah
memasukkan ke dalam surga orang yang mudah dalam membeli, menjual, melunasi dan
ketika meminta haknya.”
8.
Menjauhkan Sebab-Sebab Munculnya Permusuhan
dan Dendam Kesumat
Misalnya
membeli barang yang telah dibeli saudaranya, seperti jual beli jenis najasy dan lain-lain yang diharamkan
dalam syari’at Islam. Perdagangan
najasy ialah seseorang datang
seolah-olah ingin membeli sebuah barang dan iapun menawar barang tersebut.
Setelah itu ada yang meninggikan tawaran untuk barang itu agar dilihat oleh
calon pembeli sehingga kemudian ia membeli dengan harga yang tinggi di atas
harga pasaran. Cara ini banyak terjadi pada yang disebut mazaad atau lelang.
9.
Penjual dan Pembeli Boleh Menentukan Pilihan
Selama Mereka Belum Berpisah kecuali Jual Beli Khiyaar.
Apabila
penjual dan pembeli sudah sepakat untuk barang tertentu dan mereka berpisah di
tempat penjualan, maka barang tersebut tidak boleh dikembalikan, kecuali jual
beli khiyaar, yakni jual
beli yang menetapkan saling rela sebagai syarat sempurnanya jual beli (jika
salah seorang ada yang tidak rela, boleh membtalkan jual belinya walaupun sudah
berpisah dari tempat penjualan). Atau setelah berpisah diketahui salah seorang
dari mereka ada yang merasa dibohongi.
Rasulullah saw. Bersabda:
اَلْبَيّعَانِ بِاْلخِيَارِ مَا لَمْ
يَتَفَرَّقَا. فَاِنْ صَدَقَا وَ بَيَّنَا بُوْرِكَ لَهُمَا فِيْ بَيْعِهِمَا. وَ
اِنْ كَذَبَا وَ كَتَمَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
“Jual beli masih diberi pilihan (untuk
meneruskan atau membatalkan) selama mereka belum berpisah. Apabila mereka
berdua jujur dan memperjelas jual beliny, maka jual beli mereka akan diberkahi.
Namun, apabila mereka berdua menyembunyik sesuatu dalam jual belinya dan
berbohong, maka keberkahan tersebut dihapuskan.”
10. Tidak Boleh menimbun atau memonopoli Barang
Dagangan Tertentu.
Nabi saw. Melarang perbuatan ini dan
bersabda:
لاَ
يَحْتَكِرُ إِلاَّ خَاطِئٌ
“Tidaklah seseorang menimbun barang,
melainkan pelaku maksiat.”
11. Menjauhkan dari apa yang diharamkan
QS. Al-An’am 6: 152
“ Dan janganlah kamu
dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga
sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami
tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan
apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah
kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. yang demikian itu diperintahkan Allah
kepadamu agar kamu ingat. “ [5]
E.
Larangan Jual beli dalam Islam
1. Larangan
mengambil untung dari barang haram
Hal ini
mencangkup larangan penjualan anjing, babi, maupun barang-barang haram lainnya.
2. Pengharaman
menjual kurma yang masih berada di pohonnya.
3. Tidak
diperbolehkannya menjual kotoran.
4. Larangan
menjual bahan makanan sebelum menerimanya dari penjual pertama.
5. Jual
beli yang dapat menjauhkan diri dari ibadah.
6. Pengharaman
membeli barang yang sudah dibeli orang Muslim.
7. Larangan
riba
QS. Ali
‘Imran 3: 130
“ Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”[6]
F. Ayat
Perniagaan
1.
Surah
An-Nisa’ 4: 29-31
a. Teks
ayat dan Terjemahannya
29. Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu[287]; Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.
30. dan
Barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, Maka Kami kelak
akan memasukkannya ke dalam neraka. yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
31. jika
kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu
mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang
kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).
b. Makna
Mufradat
1) الأ كل
sinonimnya adalah الإنتفاع yang secara literal artinya memanfaatkan, menggunakan, dan
mendayagunakan. Namun demikian, dalam praktik kebiasaan, kata al-akl selalu diartikan makan, hal ini mengingat
makan dan minum adalah merupakan kebutuhan paling mendasar.
2) البا طل pengambilan harta yang dilakukan dengan tidak
memberikan imbalan konkret apapun. Dan dilakukan tanpa kerelaan pihak lain yang
terkait dengan harta itu sendiri.
3) تجرة sesuatu yang berkenaan dengan dunia
perdagangan, bisnis, atau mengenai perniagaan.
4) تراض
berarti menerima, senang, suka, rela, puas, membenarkan, persetujuan para
pihak.
5) عدوانا
artinya bermusuhan dan kelaliman. Kelaliman dipastikan akan menimbulkan
permusuhan, sementara permusuhan juga dipastikan akan diselimuti kezaliman.
6) ظلما
artinya menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, tindakan sewenang-wenang.
7) كبائر
adalah setiap suatu (kejahatan) yang pelakunya oleh Allah diancam dengan
ancaman hukuman neraka, atau suatu tindak kejahatan.
c. Makna Global
Ayat diatas, mengimbau
orang-orang yang mengimani Al-Quran supaya tidak memakan harta apapun yang
diperoleh/didapat dengan jalan atau cara yag batil. Apalagi sampai menggunakan
tindakan kekerasan yang boleh jadi berujung pada kematian/pembunuhan
antarsesama umat manusia, perorangan maupun kelompok. Siapapun orangnya, yang
memperoleh harta dengan cara yang batil, apalagi dengan menggunakan cara-cara
permusuhan dan penganiayaan, maka ancamannya adalah neraka yang ditangan Allah
sangat mudah untuk memasukkannya. Sebab, memperoleh harta dengan cara yang
batil, oleh Al-Quran dinyatakan termasuk ke dalam perbuatan dosa besar yang
harus dijauhi.[7]
d.
Tafsir ayat
/
Penggalan ayat 29 Surah
An-Nisa’ ini, pada dasarnya melarang (mengharamkan) orang-orang beriman dari
kemungkinan melakukan usaha ekonomi untuk kemudian memakan dan menikmati
hasilnya dengan cara-cara yang batil. Adapun yang dimaksud dengan kata makan (al-akl)
dalam ayat ini adalah mengambil atau memperoleh. Alquran hanya memolehkan
orang-orang beriman untuk melakukan usaha ekonomi dengan cara-cara yang halal
saja. Terutama melalui bentuk usaha ekonomi yang dilakukan atas dasar saling
rela antara para pihak yang melaukakn transaksi, seperti jual beli yang
dihalalkan oleh Allah. Sebagaimana disebutkan dalam Surah Al-Baqarah ayat 275.
Sejalan dengan ayat ini Rasulullah dala sabdanya juga menyebutkan asas sukarela
ini dalam sebuah hadis.
Terdapat pendapat
dikalangan para ulama tafsir dalam menafsirkan penggalan ayat ini. Ahmad
Musthofa Al-Maraghi menafsirkannya, yaitu jangan kalian (orang-orang beriman)
itu saling membunuh antara satu sama lain. Dengan demikian, membunuh orang
mukmin lainnya adalah identik dengan membunuh dirinya sendiri, mengingat pelaku
pembunuhan (Al-Khatil) bisa
dituntut dengan tuntutan mati (Al-qishash).
Sesungguhnya Allah yang
melarang (mengharamkan) orang-orang mukmin mengambil harta atau memakannya
dengan cara yang batil. Lebih dari itu, bahkan ada yang menggunakan cara-cara
kekerasan berupa perkelahian dan pembunuhan, semua itu dilakukan oleh Allah semata-mata
karena Allah sangat mengasihi dan menyayangi orang-orang beriman.
Siapa saja yang
melakukan tindakan demikian, yaitu memakan harta dengan cara yang batil, dan
membunuh orang lain tanpa hak, berarti melakukan tindakan-tindakan yang memicu
yang memicu permusuhan serta penganiayaan, maka Allah akan memasukkannya ke
dalam neraka. Tindakan yang demikian itu tentu saja mudah bagi Allah. Sebab
tindakan pembunuhan tergolong tindakan dosa besar yang harus dijauhi.
Jika para pelaku
ekonomi itu menjauhi tindakan-tindakan dosa besar yang dilarangnya, diantaranya
pembunuhan dengan sengaja sebagaimana telah disebutkan, maka Allah akan
menghapuskan keburuka-keburukan mereka dan memasukkannya ke dalam surga. Hanya
saja terdapat perbedaan pendapat dikalangan para ahli tafsir tentang maksud
dari tindakan-tindakan dosa besar yang harus dijauhi itu, salah satunya adalah
pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Al-kaba’ir dalam
ayat ini adalah semua dan setiap larangan yang terdapat pada ayat pertama
hingga ayat ketiga puluh Surah An-Nisa.
e.
Istinbat Hukum
Allah mengharamkan
setiap mukmin dan mukminat dalam kemungkinan melakukan usaha ekonomi dengan
cara-cara yang batil, apabila cara batil tersebut dilakukannya dengan tindakan
kekerasan yang menyebabkan konflik fisik hingga mengakibatkan korban jiwa.
Sebaliknya Allah hanya membolehkan (menghalalkan) orang-orang beriman agar
melakukan usaha ekonomi dengan cara-cara yang halal, diantaranya ialah melalui
transaksi jual beli yang dilandasi asas kerelaan (Antaradhin) dalm istilah hukum
perdata islam; atau asas konsensual dalam istilah hukum perdata konvensional.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Jual beli atau perdagangan menurut bahasa berarti al-bai’,
at-tijarah dan al-mubadalah. Inti jual beli secara istilah ialah
perjanjian antardua pihak atau lebih dalam transaksi pemindahan kepemilikan
atas suatu barang yang mempunyai nilai.
2. Rukun jual beli, yaitu:
a.
Akad (ijab dan qabul)
b.
Akid (penjual dan pembeli)
c.
Ma’kud alaih (objek
akad)
Syarat-syarat jual beli menurut Ulama Hanafiyah
a.
Akad (in’iqad).
b.
Syarat sahnya akad.
c.
Syarat terlaksananya akad
(nafadz).
d.
Syarat lujum.
3.
Macam-macam jual beli
a.
Jual-beli salam (pesanan).
b.
Jual-beli muqayadhah
(barter).
c.
Jual-beli muthlaq.
d.
Jual-beli alat penukar
dengan alat penukar.
4.
Didalam
jual beli kita harusmenjauhkan dari apa yang diharamkan.
5.
Larangan jual beli dalam
islam
a.
Larangan
mengambil untung dari barang haram
b.
Pengharaman
menjual kurma yang masih berada di pohonnya.
c.
Tidak diperbolehkannya
menjual kotoran.
d.
Larangan
menjual bahan makanan sebelum menerimanya dari penjual pertama.
e.
Jual
beli yang dapat menjauhkan diri dari ibadah.
f.
Pengharaman
membeli barang yang sudah dibeli orang Muslim.
g.
Larangan Riba.
6. Ayat Peniagaan terdapat pada Surah
An-Nisa’ 4: 29-31
Didalam ayat tersebut, mengimbau orang-orang yang
mengimani Al-Quran supaya tidak memakan harta apapun yang diperoleh atau didapat
dengan jalan atau cara yag batil. Apalagi sampai menggunakan tindakan kekerasan
yang boleh jadi berujung pada kematian/pembunuhan antarsesama umat manusia,
perorangan maupun kelompok.
DAFTAR
PUSTAKA
Mardani. 2014. Ayat-Ayat dan Hadis Ekonomi
Syariah. Jakarta: PT RajaGrafindo.
Muhammad, Alif. 2006. Fikih.
Bandung: PT Grafindo Media Pratama.
Suwiknyo, Dwi. 2010. Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Syafe’i, Rachmad. 2001. Fiqih Muamalah.
Badung: CV Pustaka Setia.
[1]Dwi
Suwiknyo, Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam, ( Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 125.
[2]
Mayang Rosana, Makalah Fiqh Muamalah tentang Jual Beli dalam Islam, diakses
dari http://materi-kuliah0420.blogspot.co.id/2015/04/makalah-fiqh-muamalah-tentang-jual-beli.html,
pada tanggal 01 Mei 2017 pukul 18.45.
[3]Alif
Muhammad, Fikih, (Bandung: PT Grafindo Media Pratama, 2006), hlm. 27.
[4]Rachmad
Syafe’i, Fiqih Muamalah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), hlm.
101-102.
[5]
Mardani, Ayat-Ayat dan Hadis Ekonomi Syariah, (Jakarta: PT RajaGrafindo,
2014),hlm. 10.
[6]
Mardani, Ayat-Ayat Dan Hadis Ekonomi Syariah, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2014), hlm. 16.
[7]
Muhammad Amin Suma, Tafsir Ayat
Ekonomi, (Jakarta: Amzah, 2013), hlm. 159.
1 Comments for "Kajian Hadis Ayat Tentang Jual Beli"
Bet365 Casino & Promos 2021 - JTM Hub
Full worrione.com list of casinosites.one Bet365 Casino & Promos · Up to £100 in Bet Credits for new customers at www.jtmhub.com bet365. Min gri-go.com deposit £5. Bet Credits available kadangpintar for use upon settlement of bets to value of