<p align="center">
<strong>JUAL BELI</strong>
</p>
<p align="center">
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
</p>
<p align="center">
<strong>“</strong>
<strong>KAJIAN HADIS DAN AYAT EKONOMI”</strong>
</p>
<p align="center">
Dosen Pengampu
</p>
<p align="center">
Suminto, M.Pd.I
</p>
<p align="center">
<img
width="326"
height="326"
src="file:///C:/Users/ASUSX4~1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg"
alt="15675764_1751187701870052_341029118568746516_o.jpg"
/>
</p>
<p align="center">
Disusunoleh
</p>
<p align="center">
Kelompok 8 ES 2-G:
</p>
<p>
1. Isvina Nur Aini NIM 17402163284
</p>
<p>
2. Falin Novitasari NIM 17402163298
</p>
<p>
3. Muhammad Fahmi K NIM 17402163306
</p>
<p align="center">
<strong>JURUSAN EKONOMI SYARIAH</strong>
</p>
<p align="center">
<strong>FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM</strong>
</p>
<p align="center">
<strong>INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG</strong>
</p>
<p>
<strong>MEI 2017</strong>
</p>
<p>
<strong> </strong>
</p>
<p align="center">
<strong>KATA PENGANTAR</strong>
</p>
<p>
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya bagi semua penciptan-Nya. Shalawat serta salam semoga tetap
di limpahkan kepada nabi besar kita Rasulullah Muhammad
shalallahu’alaihi wa sallam beserta keluarga, para sahabat,dan para
pengikutnya hingga akhir zaman.
</p>
<p>
Atas rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
tentang Jual Beli, yang bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kajian Hadis dan Ayat Ekonomi. Penulisan ini mengangkat judul tentang “ <strong> Jual Beli” . </strong>Pemilihan judul tersebut selain untuk
memenuhi kriteria pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah Kajian
Hadis dan Ayat Ekonomi juga dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman
penulis terhadap teori yang disesuaikan dengan materi tersebut.Ucapan
terima kasih juga ditunjukan kepada:
</p>
<p>
1. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung.
</p>
<p>
2. Bapak Suminto, M.Pd.I selaku dosen mata kuliah Kajian Hadis dan Ayat
Ekonomi.
</p>
<p>
3. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan dorongan moral maupun
spiritual.
</p>
<p>
4. Semua teman yang telah membantu kami.
</p>
<p>
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangatlah penulis harapkan supaya dapat menyusun
tugas kedepannya dengan lebih baik. Penulis mengucapkan banyak
terimakasih atas perhatiannya dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi
kita semua.
</p>
<p>
Tulungagung, 0l Mei2017
</p>
<p>
Penyusun
</p>
<p align="center">
<strong>DAFTAR ISI</strong>
</p>
<p>
<strong>HALAMAN JUDUL</strong>
..........................................................................................
i
</p>
<p>
<strong>KATA PENGANTAR</strong>
.......................................................................................
ii
</p>
<p>
<strong>DAFTAR ISI</strong>
.......................................................................................................
iii
</p>
<p>
<strong>BAB I PENDAHULUAN </strong>
</p>
<p>
A. Latar
belakang......................................................................................
1
</p>
<p>
B. Rumusan
masalah.................................................................................
1
</p>
<p>
C. Tujuan
Pembahasan..............................................................................
1
</p>
<p>
<strong>BAB II PEMBAHASAN </strong>
</p>
<p>
A. Pengertian Jual
Beli..............................................................................
2
</p>
<p>
B. Rukun dan Syarat Jual
Beli..................................................................
3
</p>
<p>
C. Macam-macam Jual
Beli.......................................................................
4
</p>
<p>
D. Etika Jual
Beli.......................................................................................
5
</p>
<p>
E. Larangan Jual Beli dalam
Islam............................................................ 9
</p>
<p>
F. Ayat
Perniagaan....................................................................................
10
</p>
<p>
<strong>BAB III PENUTUP</strong>
</p>
<p>
A.
Kesimpulan...........................................................................................
15
</p>
<p>
<strong>DAFTAR PUSTAKA</strong>
</p>
</div>
<strong>
<br clear="all"/>
</strong>
<p align="center">
<strong>BAB I</strong>
</p>
<p align="center">
<strong>PENDAHULUAN</strong>
</p>
<p>
<strong>A. </strong>
<strong>Latar Belakang</strong>
</p>
<p>
Untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap hari, setiap muslim pasti
melaksanakan suatu transaksi yang biasa disebut dengan jual beli. Si
penjual menjual barangnya, dan si pembeli membelinya dengan menukarkan
barang itu dengan sejumlah uang yang telah disepakati oleh kedua belah
pihak.Jika zaman dahulu transaksi ini dilakukan secara langsung dengan
bertemunya kedua belah pihak, maka pada zaman sekarang jual beli sudah
tidak terbatas pada satu ruang saja.Dengan kemajuan teknologi, dan maraknya
penggunaan internet, kedua belah pihak dapat bertransaksi dengan lancar.
Untuk lebih jelasnya, dalam makalah ini kami akan membahas mengenai konsep
jual beli dalam Islam. <strong></strong>
</p>
<p>
<strong>B. </strong>
<strong>Rumusan Masalah</strong>
</p>
<p>
1. Bagaimana penjelasan tentang pengertian Jual Beli?<strong></strong>
</p>
<p>
2. Bagaimana rukun dan syarat Jual Beli?<strong></strong>
</p>
<p>
3. Bagaimana pembagian macam-macam Jual Beli?<strong></strong>
</p>
<p>
4. Bagaimana etika Jual Beli?<strong></strong>
</p>
<p>
5. Bagaimana larangan Jual Beli dalam Islam?<strong></strong>
</p>
<p>
6. Bagaimana tafsir ayat dalam Jual Beli?<strong></strong>
</p>
<p>
<strong>C. </strong>
<strong>Tujuan Pembahasan</strong>
</p>
<p>
1. Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadis dan Ayat Ekonomi.<strong></strong>
</p>
<p>
2. Mengetahui penjelasan tentang pengertian Jual Beli.<strong></strong>
</p>
<p>
3. Mengetahui rukun dan syarat Jual Beli.<strong></strong>
</p>
<p>
4. Mengetahui pembagian macam-macam Jual Beli.<strong></strong>
</p>
<p>
5. Mengetahui etika Jual Beli.<strong></strong>
</p>
<p>
6. Mengetahui larangan Jual Beli dalam Islam.<strong></strong>
</p>
<p>
7. Mengetahui tafsir ayat dalam Jual Beli.<strong></strong>
</p>
<p>
<strong> </strong>
</p>
<p align="center">
<strong>BAB II</strong>
</p>
<p align="center">
<strong>PEMBAHASAN</strong>
</p>
<p>
<strong>A. </strong>
<strong>Pengertian Jual Beli</strong>
</p>
<p>
Jual beli atau perdagangan menurut bahasa berarti <em>al-bai’, at-tijarah </em>dan <em>al-mubadalah</em>. Inti jual beli
secara istilah ialah perjanjian antardua pihak atau lebih dalam transaksi
pemindahan kepemilikan atas suatu barang yang mempunyai nilai. Ukuran nilai
tersebut menjadi dasar atas penentuan harga barang dan kebijakan
pengambilan keuntungan. Karenanya perlu tawar menawar sebagai bentuk
pemenuhan hak pilih saat transaksi.
<a
href="file:///H:/&nbsp;/tugas%20print/KAJ.docx#_ftn1"
name="_ftnref1"
title=""
>
[1]
</a>
</p>
<p>
Secara terminologi, terdapat beberapa definisi dari jual beli. Sebagian
ulama lain mengemukakan definisi sebagai berikut.
</p>
<p>
a. Ulama Sayyid Sabiq
</p>
<p>
Menurut Sayyid Sabiq jual beli ialah pertukaran harta dengan harta atas
dasar saling merelakan atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat
dibenarkan.
<a
href="file:///H:/&nbsp;/tugas%20print/KAJ.docx#_ftn2"
name="_ftnref2"
title=""
>
[2]
</a>
</p>
<p>
b. Ulama Hanafiyah
</p>
<p>
Menurut Ulama Hanafiyah, definisi dari jual beli adalah saling tukar harta
dengan harta lain melalui cara yang khusus. Maksud cara yang khusus disini
adalah dengan ijab qabul, atau juga boleh dengan saling memberikan barang
dan harga dari penjual dan pembeli.
</p>
<p>
c. Ulama Ibn Qudamah
</p>
<p>
Menurutnya jual beli ialah saling menukarkan harta dengan harta dalam
bentuk pemindahan milik dan pemilikan. Dalam definisi ini dijelaskan karena
dalam suatu transaksi dalam Islam juga ada istilah sewa menyewa (ijarah)
yang nantinya barang yang dijadikan objek tidak harus dimiliki.
</p>
<p>
Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa jual beli
adalah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai
nilai secara ridha diantara kedua belah pihak, yang satu menerima
benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau
ketentuan yang telah dibenarkan dalam syara’ dan disepakati kedua belah
pihak.
</p>
<p>
<strong>B. </strong>
<strong>Rukun dan Syarat Jual Beli</strong>
</p>
<p>
Rukun jual beli menurut jumhur ulama fikih sebagai berikut.
<a
href="file:///H:/&nbsp;/tugas%20print/KAJ.docx#_ftn3"
name="_ftnref3"
title=""
>
[3]
</a>
</p>
<p>
1. Bai’ (penjual) dan Musytari’ (pembeli).
</p>
<p>
Persyaratan yang harus dipenuhi penjual sama dengan persyaratan yang harus
dipenuhi pembeli. Syarat-syarat tersebut diantaranya sebagai berikut.
</p>
<p>
a. Keduanya telah cukup melakukan perbuatan hukum yaitu baligh dan berakal
sehat, maka jual beli anak dibawah umur dan orang gila dianggap tidak sah.
</p>
<p>
b. Keduanya melakukan akad atas kehendak sendiri. Oleh karena itu, apabila
akad jual beli dilakukan karena terpaksa, baik secara fisik maupun mental,
maka menurut jumhur ulama jual beli itu tidak sah.
</p>
<p>
Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT , QS An-Nisa’ ayat 29.
</p>
<p dir="RTL">
HwÎ) . . ..br&šcqä3s?¸ot»pgÏB`tã<Ú#ts?öNä3ZÏiB. . . . ÇËÒÈ
</p>
<p>
<em>
“. . . kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku atas dasar suka
sama suka . . . ” (Q.S An-Nisa’ 4: 29)
</em>
</p>
<p>
<em>. </em>
</p>
<p>
2. <em>Sighat </em>( ijab qabul)
</p>
<p>
Menurut ,mazhab Syafi’i, kerelaan kedua belah pihak harus dilaksanakan
dalam ija dan qabul yang berupa ucapan tertentu atau cara lain yang
menggantikan ucapan, seperti jual beli dengan tulisan, utusan orang, atau
isyarat tunawicara yang sungguh sudah dimengerti.
</p>
<p>
3. <em>Ma’qud ‘alaih </em>( benda atau barang yang diperjualbelikan)
</p>
<p>
Wahbah az-Zuhaili menyebutkan empat syarat, yaitu sebagai berikut :
</p>
<p>
a. Barang yang dijual ada dan dapat diketahui ketika akad berlangsung.
Apabila baang tersbut tidak diketahui, jual beli tersebut tidak sah,
kecuali pada jual beli salam. Karena jual beli salam sekalipun tidak
diketahui barangnya, tetapi sifatnya diketahui sehingga pembeli mebeli
yakin, hal ini sama halnya dengan jual beli online yang telah disebutkan
spesifikasi barangnya.
</p>
<p>
b. Benda yang diperjualbelikan itu arus barang yang suci dan halal,
ditinjau dari aturan agama Islam mempunyai manfaat bagi manusia.
</p>
<p>
c. Benda yang diperjual belikan itu merupakan milik penjual. Dianggap
sebagai pemilik benda apabila penjualan benda tersebut telah diizinkan oleh
pemiliknya.
</p>
<p>
<strong>C. </strong>
<strong>Macam-macam Jual Beli</strong>
</p>
<p>
1. Jual-beli berdasarkan pertukarannya secara umum dibagi empat macam yaitu
sebagai berikut
</p>
<p>
a. Jual-beli salam (pesanan)
</p>
<p>
Jual-beli salam adalah jual-beli melalui pesanan, yakni jualbeli dengan
cara menyerahkan terlebih dahulu uang muka kemudian barangnya diantar
belakangan.
</p>
<p>
b. Jual-beli muqayadhah (barter)
</p>
<p>
Jual-beli muqayadhah adalah jual-beli dengan cara menukar barang dengan
barang, seperti menukar baju dengan sepatu.
</p>
<p>
c. Jual-beli muthlaq
</p>
<p>
Jual-beli muthlaq adalah jual-beli barang dengan sesuatu yang telah
disepakati sebagai alat pertukaran, seperti uang.
</p>
<p>
d. Jual-beli alat penukar dengan alat penukar
</p>
<p>
Jual-beli alat penukar dengan alat penukar adalah jual-beli barang yang
biasa dipakai sebagai alat penukar lainnya, seperti uang perak dengan uang
emas.
</p>
<p>
2. Berdasarkan segi harga jual-beli dibagi pula menjadi empat bagian.
</p>
<p>
a. Jual beli yang menguntungkan (<em>al-murabbahah</em>).
</p>
<p>
b. Jual-beli yang tidak mengutungkan, yaitu menjual dengan harga aslinya
(at-tauliyah).
</p>
<p>
c. Jual-beli rugi (al-khasarah).
</p>
<p>
d. Jual-beli al-musawah, yaitu penjual menyembunyikan harga aslinya, tetapi
kedua orang yang akad saling meridai, jual-beli seperti inilah yang
berkembang sekarang.
<a
href="file:///H:/&nbsp;/tugas%20print/KAJ.docx#_ftn4"
name="_ftnref4"
title=""
>
[4]
</a>
</p>
<p>
<strong>D. </strong>
<strong>Etika Jual Beli</strong>
</p>
<p>
Jual-beli merupakan sarana untuk memilki sesuatu dan tentu dalam
operasionalnya terdapat adab-adab yang wajib untuk diperhatikan, antara
lain:
</p>
<p>
1. Tidak Menjual Sesuatu yang Haram<strong></strong>
</p>
<p>
Tidak boleh menjual sesuatu yang haram seperti khamar,
<a
href="http://www.jadipintar.com/2013/05/Daftar-Koran-Tabloid-dan-Majalah-Online.html"
>
majalah
</a>
porno, nomor undian dll. Hasil penjualan barang-barang ini hukumnya haram
dan kotor.
</p>
<p>
2. Tidak Melakukan Sistem Perdagangan Terlarang.
</p>
<p>
Misalnya menjual sesuatu yang tidak ia miliki, berdasarkan sabda Rasulullah
saw
</p>
<p align="right">
لاَ تَبِعْ مَا لَيْسَ عِنْدَكَ
</p>
<p>
”<em>Jangan engkau menjual sesuatu yang tidak engkau miliki</em>” <strong>.</strong> Seperti seseorang ang menjual buah-buahan yang belum
jelas hasilnya (sistem tebasan-<em>bhs. Jawa</em>).<strong></strong>
</p>
<p>
3. Tidak Terlalu Banyak Mengambil Untung
</p>
<p>
Hendaklah mengambil untung secara wajar-wajar saja, kasihanilah orang lain
dan jangan hanya berambisi mengumpulkan harta saja, orang yang tidak
mengasihani orang lain tidak berhak untuk dikasihani.
</p>
<p>
4. Tidak Membiasakan Bersumpah ketika Menjual Dagangan.
</p>
<p>
Janganlah
<a
href="http://www.jadipintar.com/2014/12/larangan-bersumpah-dengan-menyebutkan-nama-selain-allah.html"
>
bersumpah
</a>
untuk sekedar melariskan dagangan atau menutupi kekurangan/cacat dari
barang dagangannya tersebut.Rasulullah saw. Bersbda:
</p>
<p>
“
<em>
Janganlah kalian banyak bersumpah ketika berdagang sebab cara seperti
itu melariskan dagangan lalu menghilangkan keberkahannya
</em>
.”<strong>.</strong>
</p>
<p>
Juga termasuk di dalamnya adalah sumpah palsu; seperti ucapan: <strong>“</strong>Demi Allah, aku membelinya dengan harga sekian.” Atau
“Demi Allah aku Cuma mengambil untung sekian.”. Dalam sebuah hadists
Rasulullah saw. Bersabda:
</p>
<p>
“
<em>
tidak akan dilihaat oleh Allah, tidak akan dibersihkan Allah dan untuk
mereka siksa yang sangat pedih: Seorang yang menjulurkan
</em>
<a
href="http://www.jadipintar.com/2014/12/adab-berpakaian-menurut-islam-pakaian-wajib-sunnah-dan-haram.html"
>
<em>pakaian</em>
</a>
<em> </em>
<em>
hingga melewati mata kaki, orang yang suka mengungkit-ungkit kebaikan
yang telah ia lakukan, dan orang yang menjual barang dagangannya
disertai dengan sumpah palsu
</em>
.”<strong> </strong><strong></strong>
</p>
<p>
5. Tidak Berbohong Ketika Berdagang
</p>
<p>
Misalnya menjual barang yang ada cacatnya dan hal itu tidak diberitahukan
kepada si pembeli.
</p>
<p>
Nabi saw. Pernah bersabda kepada pedagang yang menyembuyikan makanan yang
basah, beliau berkata:”
<em>
Mengapa engkau tidak meletakkannya di bagian atas agar orang-orang
dapat melihatnya. Barangsiapa yang melakukan penipuan, maka ia tidak
termasuk golongannku
</em>
.”
</p>
<p>
6. Penjual tidak boleh timbangan
</p>
<p>
Pedagang harus jujur dalam menimbang dan tidak boleh mengurangi timbangan
tersebut, sebagaimana ia suka jika barang yang ia beli diberikan dengan
sempurna, maka ia pun wajib memberikan/memenuhi hak-hak orang lain. Allah
Ta'ala berfirman:
</p>
<p dir="RTL">
×@÷ƒurtûüÏÿÏeÿsÜßJù=Ïj9ÇÊÈtûïÏ%©!$##sŒÎ)(#qä9$tGø.$#’n?tãĨ$¨Z9$#tbqèùöqtGó¡o„ÇËÈ#sŒÎ)uröNèdqä9$x.rr&öNèdqçRy—¨rtbrçŽÅ£øƒä†ÇÌÈ
</p>
<p>
<em>“ </em>
<a
href="http://www.jadipintar.com/2015/06/cara-menolong-korban-jatuh-kebakaran-dan-kecelakaan-lalu-lintas.html"
>
<em>Kecelakaan</em>
</a>
<em> </em>
<em>
besarlah bagi orang-orang yang curang , (1) [yaitu] orang-orang yang
apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, (2) dan
apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka
mengurangi. (3)”
</em>
(Q.S. Al-Muthaffifiin: 1-3).<em></em>
</p>
<p>
Rasulullah saw. Bersabda: “Timbanglah dan lebihkan.”<strong> </strong> <strong>[5].</strong>
</p>
<p>
7. Pemaaf, Mempermudah, dan Lemah Lembut dalam Berjual Beli
</p>
<p>
Rasulullah saw.bersabda:
</p>
<p align="right">
اَدْخَلَ اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ رَجُلاً كَانَ سَهْلاً مُشْتَرِيًا وَ بَائِعًا
وَ قَاضِيًا وَ مُقْتَضِيًا اْلجَنَّةَ
</p>
<p>
<em>
“Allah memasukkan ke dalam surga orang yang mudah dalam membeli,
menjual, melunasi dan ketika meminta haknya
</em>
.”
</p>
<p>
8. Menjauhkan Sebab-Sebab Munculnya Permusuhan dan Dendam Kesumat
</p>
<p>
Misalnya membeli barang yang telah dibeli saudaranya, seperti jual beli
jenis <em>najasy </em>dan lain-lain yang diharamkan dalam syari’at Islam.
Perdagangan najasy ialah seseorang datang seolah-olah ingin membeli sebuah
barang dan iapun menawar barang tersebut. Setelah itu ada yang meninggikan
tawaran untuk barang itu agar dilihat oleh calon pembeli sehingga kemudian
ia membeli dengan harga yang tinggi di atas harga pasaran. Cara ini banyak
terjadi pada yang disebut <em>mazaad </em>atau lelang.
</p>
<p>
9. Penjual dan Pembeli Boleh Menentukan Pilihan Selama Mereka Belum
Berpisah kecuali Jual Beli Khiyaar.
</p>
<p>
Apabila penjual dan pembeli sudah sepakat untuk barang tertentu dan mereka
berpisah di tempat penjualan, maka barang tersebut tidak boleh
dikembalikan, kecuali jual beli <em>khiyaar</em>, yakni jual beli yang
menetapkan saling rela sebagai syarat sempurnanya jual beli (jika salah
seorang ada yang tidak rela, boleh membtalkan jual belinya walaupun sudah
berpisah dari tempat penjualan). Atau setelah berpisah diketahui salah
seorang dari mereka ada yang merasa dibohongi.
</p>
<p>
Rasulullah saw. Bersabda:
</p>
<p align="right">
اَلْبَيّعَانِ بِاْلخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا. فَاِنْ صَدَقَا وَ
بَيَّنَا بُوْرِكَ لَهُمَا فِيْ بَيْعِهِمَا. وَ اِنْ كَذَبَا وَ كَتَمَا
مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
</p>
<p>
“
<em>
Jual beli masih diberi pilihan (untuk meneruskan atau membatalkan)
selama mereka belum berpisah. Apabila mereka berdua jujur dan
memperjelas jual beliny, maka jual beli mereka akan diberkahi. Namun,
apabila mereka berdua menyembunyik sesuatu dalam jual belinya dan
berbohong, maka keberkahan tersebut dihapuskan
</em>
.”
</p>
<p>
10. Tidak Boleh menimbun atau memonopoli Barang Dagangan Tertentu.
</p>
<p>
Nabi saw. Melarang perbuatan ini dan bersabda:
</p>
<p align="right">
لاَ يَحْتَكِرُ إِلاَّ خَاطِئٌ
</p>
<p>
“<em>Tidaklah seseorang menimbun barang, melainkan pelaku maksiat</em>.”
</p>
<p>
<a name="_GoBack"></a>
</p>
<p>
11. Menjauhkan dari apa yang diharamkan
</p>
<p>
QS. Al-An’am 6: 152
</p>
<p dir="RTL">
Ÿwur(#qç/tø)s?tA$tBÉOŠÏKuŠø9$#žwÎ)ÓÉL©9$$Î/}‘Ïdß`|¡ômr&4Ó®Lymx÷è=ö7tƒ¼çn£‰ä©r&((#qèù÷rr&urŸ@ø‹x6ø9$#tb#u”ÏJø9$#urÅÝó¡É)ø9$$Î/(Ÿwß#Ïk=s3çR$²¡øÿtRžwÎ)$ygyèó™ãr(#sŒÎ)uróOçFù=è%(#qä9ωôã$$sùöqs9urtb%Ÿ2#sŒ4’n1öè%(ωôgyèÎ/ur«!$#(#qèù÷rr&4öNà6Ï9ºsŒNä38¢¹ur¾ÏmÎ/÷/ä3ª=yès9šcrã©.x‹s?ÇÊÎËÈ
</p>
<p>
<em>
“ Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang
lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran
dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang
melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, Maka
hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan
penuhilah janji Allah. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu
agar kamu ingat. “
<a
href="file:///H:/&nbsp;/tugas%20print/KAJ.docx#_ftn5"
name="_ftnref5"
title=""
>
<strong>[5]</strong>
</a>
</em>
</p>
<p>
<strong>E. </strong>
<strong>Larangan Jual beli dalam Islam</strong>
</p>
<p>
1. Larangan mengambil untung dari barang haram
</p>
<p>
Hal ini mencangkup larangan penjualan anjing, babi, maupun barang-barang
haram lainnya.
</p>
<p>
2. Pengharaman menjual kurma yang masih berada di pohonnya.
</p>
<p>
3. Tidak diperbolehkannya menjual kotoran.
</p>
<p>
4. Larangan menjual bahan makanan sebelum menerimanya dari penjual pertama.
</p>
<p>
5. Jual beli yang dapat menjauhkan diri dari ibadah.
</p>
<p>
6. Pengharaman membeli barang yang sudah dibeli orang Muslim.
</p>
<p>
7. Larangan riba
</p>
<p>
QS. Ali ‘Imran 3: 130
</p>
<p dir="RTL">
$yg•ƒr'¯»tƒšúïÏ%©!$#(#qãYtB#uäŸw(#qè=à2ù's?(##qt/Ìh9$#$Zÿ»yèôÊr&Zpxÿy軟ҕB((#qà)¨?$#ur©!$#öNä3ª=yès9tbqßsÎ=øÿè?ÇÊÌÉÈ
</p>
<p>
“
<em>
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan.”
<a
href="file:///H:/&nbsp;/tugas%20print/KAJ.docx#_ftn6"
name="_ftnref6"
title=""
>
<strong>[6]</strong>
</a>
</em>
</p>
<p>
<strong>F. </strong>
<strong>Ayat Perniagaan </strong>
</p>
<p>
1. Surah An-Nisa’ 4: 29-31
</p>
<p>
a. Teks ayat dan Terjemahannya
</p>
<p dir="RTL">
$yg•ƒr'¯»tƒšúïÏ%©!$#(#qãYtB#uäŸw(#þqè=à2ù's?Nä3s9ºuqøBr&Mà6oY÷t/È@ÏÜ»t6ø9$$Î/HwÎ)br&šcqä3s?¸ot»pgÏB`tã<Ú#ts?öNä3ZÏiB4Ÿwur(#þqè=çFø)s?öNä3|¡àÿRr&4¨bÎ)©!$#tb%x.öNä3Î/$VJŠÏmu‘ÇËÒÈ`tBurö@yèøÿtƒy7Ï9ºsŒ$ZRºurô‰ãã$VJù=àßurt$öq|¡sùÏmŠÎ=óÁçR#Y‘$tR4tb%Ÿ2uršÏ9ºsŒ’n?tã«!$##·ŽÅ¡o„ÇÌÉÈbÎ)(#qç6Ï^tFøgrBtͬ!$t6Ÿ2$tBtböqpk÷]è?çm÷YtãöÏeÿs3çRöNä3YtãöNä3Ï?$t«Íh‹y™Nà6ù=Åzô‰çRurWxyzô‰•B$VJƒÌx.ÇÌÊÈ
</p>
<p>
<em>
29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu[287]; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.
</em>
</p>
<p>
<em>
30. dan Barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya,
Maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah.
</em>
</p>
<p>
<em>
31. jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang
dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu
(dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia
(surga).
</em>
</p>
<p>
b. Makna Mufradat
</p>
<p>
1) الأ كل sinonimnya adalah الإنتفاع yang secara literal artinya
memanfaatkan, menggunakan, dan mendayagunakan. Namun demikian, dalam
praktik kebiasaan, kata <em>al-akl </em> selalu diartikan makan, hal ini
mengingat makan dan minum adalah merupakan kebutuhan paling mendasar.
</p>
<p>
2) البا طل pengambilan harta yang dilakukan dengan tidak memberikan imbalan
konkret apapun. Dan dilakukan tanpa kerelaan pihak lain yang terkait dengan
harta itu sendiri.
</p>
<p>
3) تجرة sesuatu yang berkenaan dengan dunia perdagangan, bisnis, atau
mengenai perniagaan.
</p>
<p>
4) تراض berarti menerima, senang, suka, rela, puas, membenarkan,
persetujuan para pihak.
</p>
<p>
5) عدوانا artinya bermusuhan dan kelaliman. Kelaliman dipastikan akan
menimbulkan permusuhan, sementara permusuhan juga dipastikan akan
diselimuti kezaliman.
</p>
<p>
6) ظلما artinya menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, tindakan
sewenang-wenang.
</p>
<p>
7) كبائر adalah setiap suatu (kejahatan) yang pelakunya oleh Allah diancam
dengan ancaman hukuman neraka, atau suatu tindak kejahatan.
</p>
<p>
c. Makna Global
</p>
<p>
Ayat diatas, mengimbau orang-orang yang mengimani Al-Quran supaya tidak
memakan harta apapun yang diperoleh/didapat dengan jalan atau cara yag
batil. Apalagi sampai menggunakan tindakan kekerasan yang boleh jadi
berujung pada kematian/pembunuhan antarsesama umat manusia, perorangan
maupun kelompok. Siapapun orangnya, yang memperoleh harta dengan cara yang
batil, apalagi dengan menggunakan cara-cara permusuhan dan penganiayaan,
maka ancamannya adalah neraka yang ditangan Allah sangat mudah untuk
memasukkannya. Sebab, memperoleh harta dengan cara yang batil, oleh
Al-Quran dinyatakan termasuk ke dalam perbuatan dosa besar yang harus
dijauhi.
<a
href="file:///H:/&nbsp;/tugas%20print/KAJ.docx#_ftn7"
name="_ftnref7"
title=""
>
[7]
</a>
</p>
<p>
d. Tafsir ayat
</p>
<p dir="RTL">
$yg•ƒr'¯»tƒšúïÏ%©!$#(#qãYtB#uäŸw(#þqè=à2ù's?Nä3s9ºuqøBr&Mà6oY÷t/È@ÏÜ»t6ø9$$Î/
</p>
<p>
Penggalan ayat 29 Surah An-Nisa’ ini, pada dasarnya melarang (mengharamkan)
orang-orang beriman dari kemungkinan melakukan usaha ekonomi untuk kemudian
memakan dan menikmati hasilnya dengan cara-cara yang batil. Adapun yang
dimaksud dengan kata makan (<em>al-akl) </em>dalam ayat ini adalah
mengambil atau memperoleh. Alquran hanya memolehkan orang-orang beriman
untuk melakukan usaha ekonomi dengan cara-cara yang halal saja. Terutama
melalui bentuk usaha ekonomi yang dilakukan atas dasar saling rela antara
para pihak yang melaukakn transaksi, seperti jual beli yang dihalalkan oleh
Allah. Sebagaimana disebutkan dalam Surah Al-Baqarah ayat 275. Sejalan
dengan ayat ini Rasulullah dala sabdanya juga menyebutkan asas sukarela ini
dalam sebuah hadis.
</p>
<p dir="RTL">
Ÿwur(#þqè=çFø)s?öNä3|¡àÿRr&<em></em>
</p>
<p>
Terdapat pendapat dikalangan para ulama tafsir dalam menafsirkan penggalan
ayat ini. Ahmad Musthofa Al-Maraghi menafsirkannya, yaitu jangan kalian
(orang-orang beriman) itu saling membunuh antara satu sama lain. Dengan
demikian, membunuh orang mukmin lainnya adalah identik dengan membunuh
dirinya sendiri, mengingat pelaku pembunuhan (<em>Al-Khatil) </em> bisa
dituntut dengan tuntutan mati (<em>Al-qishash</em>).
</p>
<p dir="RTL">
¨bÎ)©!$#tb%x.öNä3Î/$VJŠÏmu‘ÇËÒÈ
</p>
<p>
Sesungguhnya Allah yang melarang (mengharamkan) orang-orang mukmin
mengambil harta atau memakannya dengan cara yang batil. Lebih dari itu,
bahkan ada yang menggunakan cara-cara kekerasan berupa perkelahian dan
pembunuhan, semua itu dilakukan oleh Allah semata-mata karena Allah sangat
mengasihi dan menyayangi orang-orang beriman.
</p>
<p dir="RTL">
`tBurö@yèøÿtƒy7Ï9ºsŒ$ZRºurô‰ãã$VJù=àßurt$öq|¡sùÏmŠÎ=óÁçR#Y‘$tR4tb%Ÿ2uršÏ9ºsŒ’n?tã«!$##·ŽÅ¡o„ÇÌÉÈ
</p>
<p>
Siapa saja yang melakukan tindakan demikian, yaitu memakan harta dengan
cara yang batil, dan membunuh orang lain tanpa hak, berarti melakukan
tindakan-tindakan yang memicu yang memicu permusuhan serta penganiayaan,
maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka. Tindakan yang demikian itu
tentu saja mudah bagi Allah. Sebab tindakan pembunuhan tergolong tindakan
dosa besar yang harus dijauhi.
</p>
<p dir="RTL">
bÎ)(#qç6Ï^tFøgrBtͬ!$t6Ÿ2$tBtböqpk÷]è?çm÷YtãöÏeÿs3çRöNä3YtãöNä3Ï?$t«Íh‹y™Nà6ù=Åzô‰çRurWxyzô‰•B$VJƒÌx.ÇÌÊÈ
</p>
<p>
Jika para pelaku ekonomi itu menjauhi tindakan-tindakan dosa besar yang
dilarangnya, diantaranya pembunuhan dengan sengaja sebagaimana telah
disebutkan, maka Allah akan menghapuskan keburuka-keburukan mereka dan
memasukkannya ke dalam surga. Hanya saja terdapat perbedaan pendapat
dikalangan para ahli tafsir tentang maksud dari tindakan-tindakan dosa
besar yang harus dijauhi itu, salah satunya adalah pendapat yang mengatakan
bahwa yang dimaksud dengan <em>Al-kaba’ir </em>dalam ayat ini adalah semua
dan setiap larangan yang terdapat pada ayat pertama hingga ayat ketiga
puluh Surah An-Nisa.
</p>
<p>
e. Istinbat Hukum
</p>
<p>
Allah mengharamkan setiap mukmin dan mukminat dalam kemungkinan melakukan
usaha ekonomi dengan cara-cara yang batil, apabila cara batil tersebut
dilakukannya dengan tindakan kekerasan yang menyebabkan konflik fisik
hingga mengakibatkan korban jiwa. Sebaliknya Allah hanya membolehkan
(menghalalkan) orang-orang beriman agar melakukan usaha ekonomi dengan
cara-cara yang halal, diantaranya ialah melalui transaksi jual beli yang
dilandasi asas kerelaan (<em>Antaradhin</em>) dalm istilah hukum perdata
islam; atau asas konsensual dalam istilah hukum perdata konvensional.
</p>
<p align="center">
<strong>BAB III</strong>
</p>
<p align="center">
<strong>PENUTUP</strong>
</p>
<p align="center">
<strong> </strong>
</p>
<p>
<strong>A. </strong>
<strong>Kesimpulan</strong>
</p>
<p>
1. Jual beli atau perdagangan menurut bahasa berarti <em>al-bai’, at-tijarah </em>dan <em>al-mubadalah</em>. Inti jual beli
secara istilah ialah perjanjian antardua pihak atau lebih dalam transaksi
pemindahan kepemilikan atas suatu barang yang mempunyai nilai. <strong></strong>
</p>
<p>
2. Rukun jual beli, yaitu: <strong></strong>
</p>
<p>
a. Akad (ijab dan qabul) <strong></strong>
</p>
<p>
b. Akid (penjual dan pembeli) <strong></strong>
</p>
<p>
c. <em>Ma’kud alaih</em> (objek akad) <strong></strong>
</p>
<p>
Syarat-syarat jual beli menurut Ulama Hanafiyah <strong></strong>
</p>
<p>
a. Akad (<em>in’iqad</em>).
</p>
<p>
b. Syarat sahnya akad.
</p>
<p>
c. Syarat terlaksananya akad (nafadz).
</p>
<p>
d. Syarat lujum.
</p>
<p>
3. Macam-macam jual beli
</p>
<p>
a. Jual-beli salam (pesanan).
</p>
<p>
b. Jual-beli muqayadhah (barter).
</p>
<p>
c. Jual-beli muthlaq.
</p>
<p>
d. Jual-beli alat penukar dengan alat penukar.
</p>
<p>
4. Didalam jual beli kita harusmenjauhkan dari apa yang diharamkan.
</p>
<p>
5. Larangan jual beli dalam islam
</p>
<p>
a. Larangan mengambil untung dari barang haram
</p>
<p>
b. Pengharaman menjual kurma yang masih berada di pohonnya.
</p>
<p>
c. Tidak diperbolehkannya menjual kotoran.
</p>
<p>
d. Larangan menjual bahan makanan sebelum menerimanya dari penjual pertama.
</p>
<p>
e. Jual beli yang dapat menjauhkan diri dari ibadah.
</p>
<p>
f. Pengharaman membeli barang yang sudah dibeli orang Muslim.
</p>
<p>
g. Larangan Riba.
</p>
<p>
6. Ayat Peniagaan terdapat pada Surah An-Nisa’ 4: 29-31
</p>
<p>
Didalam ayat tersebut, mengimbau orang-orang yang mengimani Al-Quran supaya
tidak memakan harta apapun yang diperoleh atau didapat dengan jalan atau
cara yag batil. Apalagi sampai menggunakan tindakan kekerasan yang boleh
jadi berujung pada kematian/pembunuhan antarsesama umat manusia, perorangan
maupun kelompok.
</p>
<p align="center">
<strong>DAFTAR PUSTAKA</strong>
</p>
<p>
Mardani. 2014. <em>Ayat-Ayat dan Hadis Ekonomi Syariah</em>. Jakarta: PT
RajaGrafindo.
</p>
<p>
Muhammad, Alif. 2006. <em>Fikih</em>. Bandung: PT Grafindo Media Pratama.
</p>
<p>
Suwiknyo, Dwi. 2010. <em>Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam</em>.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
</p>
<p>
Syafe’i, Rachmad. 2001. <em>Fiqih Muamalah</em>. Badung: CV Pustaka Setia.
</p>
<p>
<a
href="http://materi-kuliah0420.blogspot.co.id/2015/04/makalah-fiqh-muamalah-tentang-jual-beli.html"
>
http://materi-kuliah0420.blogspot.co.id/2015/04/makalah-fiqh-muamalah-tentang-jual-beli.html
</a>
</p>
<div>
<br clear="all"/>
<hr align="left" size="1" width="33%"/>
<div id="ftn1">
<p>
<a
href="file:///H:/&nbsp;/tugas%20print/KAJ.docx#_ftnref1"
name="_ftn1"
title=""
>
[1]
</a>
Dwi Suwiknyo, <em>Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam, </em>(
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 125.
</p>
</div>
<div id="ftn2">
<p>
<a
href="file:///H:/&nbsp;/tugas%20print/KAJ.docx#_ftnref2"
name="_ftn2"
title=""
>
[2]
</a>
Mayang Rosana, <em>Makalah Fiqh Muamalah tentang Jual Beli dalam Islam, </em>
diakses dari
<a
href="http://materi-kuliah0420.blogspot.co.id/2015/04/makalah-fiqh-muamalah-tentang-jual-beli.html"
>
http://materi-kuliah0420.blogspot.co.id/2015/04/makalah-fiqh-muamalah-tentang-jual-beli.html
</a>
, pada tanggal 01 Mei 2017 pukul 18.45.
</p>
</div>
<div id="ftn3">
<p>
<a
href="file:///H:/&nbsp;/tugas%20print/KAJ.docx#_ftnref3"
name="_ftn3"
title=""
>
[3]
</a>
Alif Muhammad, <em>Fikih, </em>(Bandung: PT Grafindo Media Pratama,
2006), hlm. 27.
</p>
</div>
<div id="ftn4">
<p>
<a
href="file:///H:/&nbsp;/tugas%20print/KAJ.docx#_ftnref4"
name="_ftn4"
title=""
>
[4]
</a>
Rachmad Syafe’i, <em>Fiqih Muamalah, </em>(Bandung: CV Pustaka
Setia, 2001), hlm. 101-102.
</p>
</div>
<div id="ftn5">
<p>
<a
href="file:///H:/&nbsp;/tugas%20print/KAJ.docx#_ftnref5"
name="_ftn5"
title=""
>
[5]
</a>
Mardani, <em>Ayat-Ayat dan Hadis Ekonomi Syariah, </em>(Jakarta: PT
RajaGrafindo, 2014),hlm. 10.
</p>
</div>
<div id="ftn6">
<p>
<a
href="file:///H:/&nbsp;/tugas%20print/KAJ.docx#_ftnref6"
name="_ftn6"
title=""
>
[6]
</a>
Mardani, <em>Ayat-Ayat Dan Hadis Ekonomi Syariah, </em>(Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2014), hlm. 16.
</p>
</div>
<div id="ftn7">
<p>
<a
href="file:///H:/&nbsp;/tugas%20print/KAJ.docx#_ftnref7"
name="_ftn7"
title=""
>
[7]
</a>
Muhammad Amin Suma, <em> Tafsir Ayat Ekonomi, </em>(Jakarta: Amzah,
2013), hlm. 159.
</p>
</div>
</div>
0 Comments for "Makalah Kajian Hadis dan Ayat Ekonomi Tentang Jual Beli"